Malam ini merupakan malam yang pas untuk menulis blog, kurasa. Sudah lama sekali aku tidak melakukan kegiatan asik seperti ini, sekitar lebih kurang dua tahun lamanya. Di malam mendung ditemani oleh rintikan air hujan serta tugas kuliah yang belum sempat terselesaikan karena belum mendapat objek yang harus digambar ditambah suasana hati yang berubah tak menentu membuatku ingin melupakan kepenatan hidup ini.
Tak terasa, aku sudah memasuki jenjang mahasiswa. Sudah hampir 2bulan awal perkuliahan kini aku sedang menghadapi UTS Semester Ganjil (smt. 1). Mendaftarkan diri di perguruan tinggi swasta, memilih Fakultas Desain dan Industri Kreatif dengan jurusan Desain Komunikasi Visual tak jarang membuatku tidur larut malam bahkan hingga pagi menjelang mata ini terus disibukkan dengan tugas menggambar. Lelah, ah itu kata yang sangat mainstream yang biasa dilantunkan dalam menghadapi tantangan dan cobaan hidup. Jujur, aku merasa berbeda. Aku seperti berubah dari kehidupan gelap yang dipenuhi oleh angka-angka dan rumus-rumus eksak ke kehidupan lain yang lebih cerah dan nyaman, ya, desain!
Tak pernah tersirat dalam benakku untuk mengambil fakultas DIK. Saat itu yang terlintas dalam pikiranku adalah aku ingin berubah.
"Hidup ini hanya sekali, aku bisa melakukan hal yang sama sebanyak yang aku inginkan tapi menjadi beda dan berubah dengan membangun diriku yang baru itu limited edition buanget."
Ternyata desain membuka semua cakra yang ada dalam diriku (diibaratkan seorang ninja yang tinggal di desa Konoha). Di jurusan ini, aku bukan hanya menggambar suatu objek lalu puas dengan hasilnya begitu saja, tetapi aku juga diajari bagaimana caranya "menjual diri".
Eittss.. Tentu saja dalam arti yang positif.
Kalau para seniman bisa menjual nilai estetisnya saja, maka kami para desainer biasa menjual fungsi plus nilai estetis itu sendiri. Inilah perbedaan antara seni dengan desain. Kepuasan terhadap produk yang kami ciptakan bisa dirasakan orang banyak bahkan orang awam sekalipun. Mendesain harus ada tekniknya *gunakan teknik, Squid* Salah satunya ialah bagaimana cara menyatukan indera pengelihatan, indera peraba, dan pikiran dalam membuat suatu gambar/benda sehingga apa yang dirasakan dan dipikirkan bisa divisualisasikan secara jelas dengan tertuang di atas bidang gambar (kertas, kanvas, dinging, dll.)
Well, sejauh ini tantangan yang dihadapi masih wajar-wajar saja *kedepannya terserah Allah, aku mah pasrah(ungu)*
Pengalaman bertambah seiring waktu yang berjalan dengan diiringi rasa keingintahuan yang besar. So, keep moving forward, guys!